Makalah Kurikulum Muatan Lokal


MAKALAH
DESAIN DAN KOMPONEN PENGEMEMBANGAN
KURIKULUM MUATAN LOKAL 

Untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah      : Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Dosen     : Drs.Sukarjo, S.Pd, M.Pd

Di Susun Oleh :
Muhamad Mibachul Munir
NIM.1401418184
Rombel  D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 
2020
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
     Negara Indonesia memiliki beragam suku dan budaya yang tersebar diseluruh penjuru wilayah indonesia. Semua itu merupakan kekayaan bangsa harus terus dijaga dan dilestarikan. Selain itu juga, negara Indonesia kita ini memiliki berbagai ragam keunikan ditiap daerahnya. Mulai dari pekerjaan masyarakatnya, wisatanya, dan lain sebagainya.

    Untuk menjaga semua itu tentulah dibutuhkan kurikulum pendidikan yang disiapkan untuk para generasi penerus bangsa ini. Agar mereka tidak hanya belajar mata pelajaran berskala nasional saja. Karena dengan para generasi penerus ini belajar muatan lokal sama saja mereka mejaga kekayaan bangsa dan memajukan daerahnya masing-masing.

  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa itu kurikulum muatan lokal?
  2. Bagaimana desain kurikulum muatan lokal?
  3. Apa saja komponen komponen pengembangan kurikulum muatan nasional?

  1. TUJUAN 
Dengan membaca makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasisiwa tentang kurikulum muatan lokal dan mengembangkan didaerah masing-masing.
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Muatan Lokal

Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan budaya dan lingkungan sekitar serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari peserta didik di daerah tersebut. Menurut kurikulum 1994, kurikulum muatan lokal adalah materi pelajaran yang diajarkan secara terpisah, menjadi kajian tersendiri. Menurut Sorwardi, kurikulum muatan lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari ketrampilan , kerajinan, tetapi juga manifestasi kebudayaan daerah lrgrnda serta adat istiadat.

  1. Desain kurikulum lokal

Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan. Berdasarkan pada apa yang menjadi focus pengajaran, sekurang-kurangnya dikenal tiga desain kurikulum, yaitu:

  1. Subject centered design 
Yaitu kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata pelajaran, dan mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisah itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curriculum.

Subject centered design berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum

  1. Learner –centered desaign
Desain ini berbeda dengan subject centered, Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Learner centered desaign bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.

  1. Problem centered desaign
Problem centered desaign berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik  secara individual, Problem centered desaign menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat

Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.

  1. Komponen-komponen pengembangan kurikulum muatan lokal
Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam lingkungannya.

Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat menentukan . Untuk pengembangannya, langkah-langkah yang dapat ditempuh.

  1.  Menyusun Perencanaan Muatan Lokal

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi. Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :

  1. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal
  2. Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :

  1. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

  1. Tidak bertentangan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.

  1. Letaknya terjangkau dari sekolah.

  1. Ada narasumber baik didalam maupun diluar sekolah.

  1. Bahan /ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.

  1. Menyusun GBPP yang bersangkutan

  1. Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis

  1. Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.

  1. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal

Pembinaan perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan dilakukan secara berkelanjutan, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu dan biaya.

  1. Pengembangan Muatan Lokal

Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :
  1. Pengembangan untuk jangka panjang
Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara kontinyu disekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah menengah atas.
  1. Pengembangan untuk jangka pendek
Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap saat. Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

  1. Perluasan muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan, perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya.

  1. Pendalaman muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara, mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.

Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :

  1. Kekreatifan guru.

  1. Kesesuaian program

  1. Ketersediaan sarana dan prasarana

  1. cara pengeloaan

  1. Kesiapan siswa

  1. Partisipasi masyarakat setempat

  1. Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait

Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat dilaksanakan dengan empat cara :

1. Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal.

2. GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.

3. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada.

4. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.

PENUTUP
  1. Kesimpulan
Kurikulum muatan lokal merupakan bagian struktural dan  merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak berpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meninkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.


#kurikulum
#mulok

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menghafal Dhasa Dharma

Tumbuhan Klorofil